Minggu, 14 November 2010

NEGERI MAMANDA MEKARKAN BUDAYA KRITIK


Oleh: HE. Benyamine

Warga masyarakat yang kebetulan berada atau melintas di sekitar Taman Air Mancur Mingguraya Banjarbaru (17/10/10), sebagiannya menyempatkan diri mendekat untuk menyaksikan pertunjukkan teater Mamanda yang diselenggarakan atau difasilitasi Dewan Kesenian Daerah Kota Banjarbaru. Pementasan teater Mamanda itu cukup menarik perhatian warga masyarakat, apalagi saat karakter Khadam muncul dengan perilakunya yang khas dan unik, sehingga suasana terasa cair yang membuat penonton tertawa.

Pada pementasan malam itu, Mamanda dipentaskan dengan tokoh-tokoh yang baku saja, seperti Raja, Mangkubumi, Panglima Perang, Khadam, Harapan Pertama dan Harapan Kedua, Permainsuri, dan Perdana Menteri, dengan alur cerita yang sederhana tentang Kota Banjarbaru yang bersiap untuk meraih Adipura dan kerusakan alam. Dengan peralatan yang sederhana, pementasannya berlangsung dengan lancar dan datar, dengan penampilan tokoh Khadam yang mampu menutupi berbagai kendala yang dihadapi pemain lainnya dan keterbatasan peralatan dan sarana.

Memperhatikan pementasan teater Mamanda yang sederhana dengan peralatan seadanya di Taman Air Mancur Mingguraya itu yang ternyata cukup menarik perhatian warga masyarakat, terbayang bagaimana seandainya teater Mamanda mendapatkan dukungan yang memadai dan cukup. Terlihat bahwa teater Mamanda hanya membutuhkan dukungan sumber daya untuk menyatakan sebenarnya warga masyarakat masih berminat dan tertarik dengan seni teater tradisional sebagai bentuk hiburan yang layak ditonton dan memang menghibur.

Dalam pertunjukkan teater Mamanda, peran aktif dan spontan penonton dapat memberikan daya hidup dari pertunjukkan teater Mamanda, yang mampu meningkatkan improvisasi para pemain sehingga terjalin interaksi yang dinamis antara penonton dan pemain. Keberadaan penonton yang berperan aktif dan spontan mengandaikan bahwa penonton merupakan orang yang tahu dan memahami bagaimana teater Mamanda dipentaskan yang memungkinkan keterlibatan penonton dalam menghidupkan pertunjukkan tersebut.

Pada pementasan teater Mamanda di Taman Air Mancur Mingguraya malam itu, terlihat para penonton masih cenderung pasif meskipun para pemain sudah mencoba mendekat kepada para penonton. Hal ini perlu mendapat perhatian para penggiat teater Mamanda, bagaimana penonton dapat terlibat secara aktif dan terjalin interaksi yang menghidupkan suasana pertunjukkan. Para penggiat teater Mamanda perlu “mendidik” penonton untuk dapat berperan aktif dan spontan dalam menyaksikan pertunjukkan Mamanda, yang dapat dilakukan sekaligus saat pementasan dengan menempatkan orang-orang teater di bagian penonton untuk berperan sebagai penonton yang memahami posisi sebagai penonton teater Mamanda yang aktif terlibat dalam interaksi umpan balik dengan pemain.

Selain itu, pementasan Mamanda seperti di Taman Air Mancur, sebenarnya dapat melibatkan warga masyarakat yang ada di sekitar menjadi tokoh atau bintang tamu secara spontan untuk menbuat suasana semakin interaktif, provokatif, dan menarik. Misalnya, para anak muda yang biasa nongkrong di Mingguraya dengan gaya dan tampilan mereka masing-masing dapat dilibatkan dalam satu penampilan.

Pada saat pementasan teater Mamanda malam itu, ada terlihat gank anak-anak muda (punk) yang siap dengan gitar duduk menyaksikan, para penggiat teater Mamanda perlu memperhatikan keberadaan mereka dengan meminta mereka tampil pada babak tertentu, misalnya dengan menyanyi secara spontan. Atau para pedagang yang beroperasi di Mingguraya, seperti pedagang pentol dengan gerobaknya, pedagang bakso, pedagang kerak telor (betawi), dan lainnya. Mereka dapat diminta mengemukakan apa saja, bisa berupa keluhan, saran, atau hanya sekedar menyanyi seperti para pengamen yang biasa mangkal di Mingguraya.

Pementasan teater Mamanda dapat juga mengundang tokoh masyarakat untuk tampil dengan dengan peran khusus, seperti tentang sampah bisa meminta kepala dinas pertamanan, tata kota, dan kebersihan untuk membicarakan hal tersebut dengan gaya Mamanda dalam tema persidangan mengenai pengelolaan sampah. Begitu juga para politisi (anggota dewan), LSM, organisasi kemasyarakatan lainnya perlu diundang untuk tampil sesuai tema pementasan, karena teater Mamanda memberikan suasana yang cair dan spontan sehingga dapat menjadi saluran aspirasi yang membuka ruang kritik dengan positif. Pada penampilan tokoh masyarakat, politisi, LSM, dan lainnya harus dipikirkan bagaimana ditunjang dengan kemajuan teknologi saat ini seperti layar lebar dengan menggunakan proyektor untuk menampilkan bahan tema bahasan yang dibawa para tokoh tamu. Misalnya, masalah sampah dengan tampilan layar sampah atau berita tentang sampah, sehingga lebih menarik perhatian sebagai hiburan dan sekaligus sebagai sarana pendidikan.

Teater Mamanda sebagaimana pementasan di Taman Air Mancur memperlihatkan adanya antusias warga masyarakat untuk menyaksikannya dan merasakan keterhiburan meskipun masih dipentaskan dengan sederhana dan seadanya. Para penonton yang cenderung pasif perlu mendapatkan perhatian para penggiat teater Mamanda, karena peran aktif dan spontan para penonton merupakan bagian penting dalam setiap pementasan Mamanda yang menjadikannya lebih hidup. Sedangkan penggunaan teknologi perlu dipikirkan untuk menjadi penunjang yang penting untuk menghidupkan suasana persidangan dan alur cerita.

Semuanya itu, dukungan sumber daya dari semua pemangku kepentingan sangat penting artinya untuk menjadikan teater Mamanda sebagai tontotan yang menghibur dan sekaligus tuntutan yang mendidik. Dengan dukungan sumber daya yang mencukupi, teater Mamanda dapat didorong untuk tampil sebulan sekali, sehingga panggung pertunjukkan Negeri Mamanda dapat terus menyapa warga masyarakat sambil menyemai benih-benih budaya kritik yang lapang dan terbuka.

Komentari :


Tato A Setyawan : terlepas dr adanya kekuarangan gelaran, setidaknya yg dilakukan pegiat seni mamanda itu mrp upaya sistematis dlm rangka melestarikan seni tradisi masyarakat. semoga kegiatan semacam itu dpt lestari. Salam budaya....

Kayla Untara : amun bahari ujar abah mamanda tu cakada bananaskahan, nang panting tahu awal wan akhr kisah, jd buhan pamain ne dtuntut musti sahati... Makaxa labih inteaktif, komunikatif, wan jua kreatif. Amun kisah nya dasar baisi kritikan jua ai, tapi di ulah mudil papadahan. Balulucuan sambil manyinggung buhan walanda putih wan manyamangati buhan kakawalan nang bajuang... itu bahari...wahini bisa banaran jadi media kritik gasan pamarintah... hahahahahaha,...nang panting, dimapa mahargai wan malastariakan secara aktif jua ...budaya wan kasanian macam mamanda ni...kada kawa di pisah wan jati diri wan urang banjar, napa jar urang tu, asli urang banua kah jar? bujurkah? hahahahahaaha...Lihat Selengkapnya

Haris Zaky Mubarak : Kalau yg ini sepakat saja.Kalau bikin patung bekantan,bkin keraton dg tegas lun penentang.krn kbnyakan mangaradaunya.luput message nya.sedang budaya itu yg paling utama adlh pesan yg bisa dmaknai tuk melanjutkn peradaban kehidupan dunia.

Sainul Hermawan : itulah kehebatan mamanda yang oleh orang zaman sekarang dianggap jadul. DK Bjb, perlu sering-sering bikin kayak gini, supaya ada ruang seni yang seimbang. Mamanda perlu terus diekspose kalau identitas budaya Banjar mau tetap terlihat dari seni tradisi ini.

Mahmud Jauhari Ali Full : nikmat.... sering-sering ajah seperti itu .... kalau bisa jangan setahun sekali, hehehe

Zulfaisal Putera : Mari (kembali) memasyarakatkan mamanda dan me-mamanda-kan masyarakat! Ups, gimana Pak Sainul, redaksi jargon ini pas ga ya?
He he he

Arsyad Indradi : Seringnya pementasan Mamanda atau acara kesenian lainnya seperti baca puisi di Minggu Raya pada dasarnya baik,namun dari sisi lain "tidak ada mendapat keuntungan, kasarnya kada bapaedah" bagi pelaku seni tsb. dari segi finansial,tetapi "sial" alias" malumu tunjuk".Yang untung warung-warung Minggu Raya itu banyak pengunjungnya. Beberapa tahun lalu memang marak pertunjukan seni di Taman Air Mancur itu oleh komunitas-komunitas seni di Banjarbaru,tetapi lambat laun sudah tipis malah sunyi. Ujar mereka : Habis sudah salawar handap disandaakan hagan ungkus pementasan,tinggal kupiah buruk aja lagi. Pernah salah seorang punya warung di Minggu Raya itu bertanya kepadaku : Pak Arsyad,kanapa buhan seni kada rami lagi pentas. Spontan aku menjawah : Buhannya bapikir kalu pentas,jakanya buhan warung ini paham wan buhannya,mau ai rajin kaya dulu.Harau tukang warung itu kada meresfon apa yang kumaksud.Kurihing simpak. Kembali kepada "Mamanda" sesungguhnya komunitas Mamanda ini perlu perhatian dan sokongan semua pihak,Pemko,Parawisata,Dewan Kesenian. Pasalnya coba bayangkan mahalnya baju Raja dan kostum lainnya,penyediaan sound sistim,iringan musik,biaya latihan. Yang lebih miris lagi tak ada royalti penulis naskah dan biaya pelatih. Mamanda ini sama nasibnya dengan Komunitas Tari. Makanya kalau pembinanya tdk."ganal hampidal" dan "Kancang Dompet" tdk heran kalau komunitas itu tdk.panjang umurnya alias "jiun".
Taufik A,Sainul,Ben, benar sekali bahwa wisatawan dari luar pulau terutama negara luar suka sekali dengan yang eksotik.Ketika aku wan Sainul ikut menemani rekan2 se Indonesia (KCI V) kemarin, coba bayangkan rombong wadai aja beberapa rombong habis disikat (barabut).Apalagi kalau jukungnya sedang " belenggang" rami ketawaan.Aku "gin" umpat abut (manahaakan kalu buhannya tacabur he he he).Yang lebih spesifik (cara) yakni mengambilkan wadainya dengan tongkat,mereka suka sekali.Wah ini tdk ada di Jerman kata Katrin B. dan Di Jepang juga,kata Seho Sawai.Jadi Taufik,ainul,Ben leh umai asa bangga bukan main kita memiliki objek wisata ini.Kaya apa,mun perasaanku ini ikon bukan hanya Banjarmasin atau Kab.Banjar tapi Kalsel. Kalau di Kandangan ada juga barakit ( balanting) paring (haur) maalur arus sungai,semacam halang rintang.Bagus banar digalakakan uleh buhan kula2 di Kandangan.Ini adalah salah satu dari bagian objek wisata Lok Sado.Bagus banar kalau ada lomba halang rintang.Bajurut tipang pencinta alam ka Lok Sadoan umpat.Undang jua wisatawan dari luar negeri.Taufik,Sainul,Ben wan kakawanan lainnya bila kita maelangi Lok Sado yu.Jar Aliman S, hubungi ulun mun hadak kasitu umpat mamanduakan.Barangai imbah bulik saantum dua antum dapat karya tulis. he he

Minggu, 31 Oktober 2010

Geger Ganda Manik Sukalima

( Teater Tradisional “Mamanda” Kalsel )
Oleh : Arsyad Indradi

Baladon
Tiga orang memadu tari nyanyi dan narasi
“Tebu salah saray sarapun
Mun ada nang tasalah kami maminta ampun”

( Musik )
(Harapan Pertama dan Harapan Kedua memasuki balai persidangan)
Harapan Pertama :
Adinda Harapan Kadua ayu kita masuki balai persidangan, kita siapakan apa-apa yang perlu kita persiapkan hagan acara persidangan.
Harapan Kadua :
Ayu Kanda Harapan Partama
( Keduanya berjalan bersilangan mengitari propertis)
Harapan Pertama :
Balai persidangan sudah kita siapkan
Sambil bataduh lapah alangkah baiknya kita memperkanal diri, kaya apa Adinda Harapan Kedua.
Harapan Kadua :
Bujur sekali Kanda Harapan Pertama. Sebagusnya maharagai nang tuha Kanda Harapan Pertama nang badahulu
Harapan Pertama :
Kaya itukah Dinda. Cakra Pancar Lima aku punya nama, terpangkat sebagai Harapan Pertama di dalam kerajaan Ganda Manik Sukalima. Telah bertahun-tahun aku mengabdi di kerajaan ini tidak pernah mendapat cacat dan cela dari paduka raja. Mun handak tahu :
Saribu untalan,saribu rajahan,Tahan gantalan,tahan pidakan. Kadada duanya mun pakara panah-mamanah aku nang paharatnya. Aku kada batampik, musuh nang haluskah, nang ganalkah, kalu tapantuk lawan diaku kupanah lawan Cakraku.
Apa benar begitu Dinda Harapan Kadua
Harapan Kadua :
Ada benar sekali Kanda Harapan Partama
Harapan Pertama :
Kanda sudah mamparkanalkan diri, Adinda pulang.
Harapan Kadua :
Boleh dangarakan Kakanda. Tumbak Sarampang Duabelas Kati aku punya nama terpangkat sebagai Harapan kadua di kerajaan Ganda Manik Sukalima, apa benar begitu Kakanda.
Harapan Partama :
Ada benar sekali Adinda.
Harapan Kadua :
Akulah hayam jagaunya di kerajaan ini.
Kain kindusin
Banang baginda ali bajuku
Tujuh lapis sarung tumbakku
Ayu siapa yang wani lawan diaku,mun handak tahu rajaman tumbakku
Bagaimana Kakandaku.
Harapan Partama :
Ada benar sekali Adindaku.
Sakarang kita sudah memperkanalkan diri. Supaya jangan katiwasan alangkah bagusnya kita periksa sekali lagi balai persidangan,Adinda.
Harapan Kadua :
Bujur Kanda Harapan Pertama, limbahitu kita berjaga-jaga di pintu balai persidangan.
(Keduanya bersilang mengitari propertis)
(Musik)

( Musik )
( Perdana Menteri memasuki balai persidangan )
Perdana Menteri (memperkenalkan diri) :
Akulah nang bangaran Surya Kancana Biru, terpangkat sebagai Perdana Menteri di kerajaan Ganda Manik Sukalima ini. Aku di utus oleh paduka raja untuk memeriksa hasil
pekerjaan dari Harapan Partama wan Harapan Kadua.
(Kepada kedua Harapan)
Harapan Partama wan Harapan Kadua juga.
( Harapan Partana dan Harapan Kadua,berbalik dan memberi hormat )
Harapan Partana dan Harapan Kadua :
Harap ampun paduka perdana menteri.
Perdana Menteri :
Buka lawang, seorang Perdana Menteri ingin memasuki balai persidangan.
(Harapan Partama dan Kadua membuka jalan. Perdana Menteri memasuki balai persidangan )
Perdana Menteri :
Sampurna gawian kalian berdua, sungguh pantas kalian diangkat sebagai Harapan Partama dan Harapan Kadua.
Tapi sebelumnya, aku ingin bertanya kepada kalian berdua. Harapan Partama, coba ikam menghadap kepada aku empunya diri.
Harapan Partama :
Harap ampun paduka Perdana Menteri.
( Melangkah kedepan )
Perdana Menteri :
Harapan Partama nangapa artinya maka ikam letakan talabang wan parang bungkul bersilang dibelakang tahta kerajaan ini.
Harapan Partama :
Harap ampun paduka Perdana Menteri, hamba letakan talabang dan parang bungkul bersilang artinya kerajaan Ganda Manik Sukalima selalu siap menghadapi musuh yang handak menyerang kerajaan kita paduka.
Perdana Menteri :
Terima kasih penjelasan Harapan Partama. Sekarang Harapan Kadua,coba ikam menghadap kepada aku empunya diri.
Harapan Kadua :
Harap ampun paduka Perdana Menteri. Hamba segera menghadap.
(Harapan Kadua melangkah ke depan sambil menghormat)
Perdana Menteri :
Harapan Kadua nangapa artinya ikam mahampar permadani hijau dari halaman sampai di hadapan tahta kerajaan ini.
Harapan Kadua :
Harap ampun Perdana Menteri. Hamparan permadani hijau itu melambangkan kerajaan kita adalah kerajaan yang sejahtera, makmur, tenteram dan damai paduka.
Perdana Menteri :
Bagus, tepat jawaban kalian berdua. Terima kasih kepada kalian berdua. Sabalum aku empunya diri meninggalkan balai persidangan ini, adakah perminta dari kalian ? Nanti akan kusampaikan kepada Paduka Raja.
Harapan Partama dan Kadua :
Harap Ampun paduka, rasanya asa kadada pang dipinta. Syukur banar kami wan saluruh rakyat, paduka raja menjadi pemimpin nang bujur-bujur seorang pemimpin yang selalu peduli menyejahterakan wan memakmurkan rakyat dan kerajaannya.
Perdana Menteri :
Inilah aparat kerajaan yang tidak berlaku tamak, senang aku empunya diri mendengar.
( Perdana Menteri lalu meninggalkan ruang persidngan )
(Musik)

(Musik)
(Raja,permaisur dan aparat kerajaan masuk)
Raja :
Pamanda Wajir, Mangkubumi, Perdana Menteri dan juga permaisuriku nang bungas langkar serta seluruh pamangku kerajaan, imbah kita sampai dipintu gerbang kerajaan ini, ada baiknya kita langsung memasuki balai persidangan, bagaimana menurut pemikiran pamanda wajir.
Wajir :
Sependapat paduka.
Raja :
Kalau begitu mari kita segera memasuki balai persidangan. ( Kepada Harapan Partama dan Kadua )
Harapan Pertama dan Kedua juga.
Harapan Partama dan Kadua:
Harap ampun paduka maha raja.
Raja :
Harapan Pertama wan Harapan Kedua juga, Buka lawang, beri jalan Beta empunya diri beserta staf kerajaan akan memasuki balai persidangan. Beta hendak mengadakan sidang.
(Harapan Par tama dn Kadua mengubah posisi ke samping,
menyilangkan pedang di atas tanda kehormatan kepada raja)
Harapan Pertama wan Harapan Kedua :
Dipersilakan paduka masuk.
( Raja masuk dan menempati property, staf lainnya mengambil posisi masing-masing )
Raja :
Senang benar beta empunya diri melihat hasil pekerjaan dari para staf kerajaan ini. Apa begitu Pamanda wajir.
Wajir :
Ada benar sekali paduka raja.
Raja :
Kita sudah berada di balai persidangan. Sebelum kita memulai persidangan alangkah baiknya beta memperkenalkan empunya diri. Apa begitu saudaraku Perdana Menteri.
Perdana Menteri :
Ada betul sekali paduka raja.
Raja :
Dangarakanlah saudara - saudaraku.
Tersebut beta empunya diri Maha Raja Brajapati Alam Gangga Sukma Barjiwa, bertahta di Kerajaan Ganda Manik Sukalima, duduk di singgasa bertatah yakut jambrut nilam biduri, memakai mahkota emas permata intan berlian. Apa benar Pamanda Wajir
Wajir :
Benar sekali Paduka.
Raja :
Empat puluh anak rajaraja di kanan empat puluh anak rajaraja di kiri tunduk berhidmat di hadapan Beta empunya diri. Apa benar Perdana Mentri
Perdana Mentri :
Benar sekali Paduka
Raja :
Memerintah adil bijaksana sahingga disayangi rakyatnya, bujur kada saudaraku Mangkubumi
Mangkubumi :
Bujur banar paduka raja.
Raja :
Raja yang kaya raya tapi kada lupa membantu rakyatnya supaya selalu sejahtera dan memakmurkan negeri ini.
Apa benar adinda permaisuriku yang tercinta.
Permaisuri :
Memang benar kakanda ai.
Raja :
Ubui han biniku ini pina babungas pina balangkar pada biasanya.
Permaisuri :
Kaya itu pang Kanda ai supaya jangan kalah wan artis-artis nang pina rancak datang mamanggung di karajaan kita. Lalakian wayah ini kada kawa talihat pina lamak mungkal lalu ja titikan liur.
Raja :
Ai jangan pina banyaring-nyaring bapandir kadarangan buhannya. Baaarit pang sadikit bapandir mambari supan dinda ai.
Pamanda Wajir, Perdana Menteri,Mangkubumi serta Harapan Pertama dan Harapan Kadua juga,
Kita sudah memperkanalkan diri, baiklah kita mulai persidangan ini.
( Musik )
(Sewaktu hendak dibuka, Panglima Perang datang.)
Panglima Perang :
Gantar Gandari Buana Paksi, aku punya nama, terpangkat Panglima Perang atau Kepala Pertanda dalam kerajaan Ganda Manik Sukalima. Telah bertahuntahun mengabdi di kerajaan Ganda Manik Sukalima tak pernah mendapat cacat cela dari paduka maha raja, inilah yang menjadi kebanggaan seorang Panglima Perang atau Kepala Pertanda.Gagah berani, sakti mandraguna, kada batampik lawan musuh, kada pilih bulu siapakah siapakah, kuhancurlumatkan sampai mati.Gantar Gandari Buana Paksi, akulah orangnya.
( Berakting )
Naga ulit naga umbang
Taguh di kulit sampay katulang
Wasi kuning pasak awakku kulit kijang putih babatku
Siapa yang berani menantangku
Gantar Patir garugum guntur
Zulfakar anjal maut
Awas barang siapa berani manggatuk awakku, hancur labur
dimakan tapak tanganku Si Gantar Api
Jangan coba-coba tadundum lawan Gantar Gandari Buana Paksi, mun handak tahu.
( Berakting) :
Kataku sirunduk runduk
Runduk runduk galimbanganku
Siapa nang manantang cahaya mataku
Lumpuh sebagaimana dicabut urat seribu
Baiklah aku akan masuk ke balai persidangan mungkin aku ditunggu oleh Paduka Maha Raja.Harapan Pertama, Harapan Kedua juga beri jalan aku handak masuk ke balai persidangan.
Harapan Pertama dan Kedua :
Baik Tuanku, silakan masuk.
Panglima Perang :
Salam sejahtera Paduka.Ampun maaf hamba terlambat datang. Tapi tugas yang diberikan pada hamba memperkuat benteng pertahanan dan semua prajurit telah bersiaga lengkap dengan peralatan perangnya.
Raja :
Bagus Panglima Perang.Senang hati Beta empunya diri mendengar. Amun kaya ini mari kita laksanakan persidangan. Mangkubumi, bagaimana persiapan acara perkawinan putri beta Putri Ayu Rumbayan Amas Rumbayan Intan lawan anak raja dari kerajaan Gumilang Kaca Salaksa ?
Mangkubumi :
Semuanya sudah siap paduka.
Raja :
Perdana Menteri, pengaturan acaranya kaya apa ?
Perdana Menteri :
Acara dilaksanakan karasmin empat puluh hari empat puluh malam, sudah jua disusun acaranya, paduka.
Raja :
Beta sangat berterima kasih sekali kepada saudara-saudaraku yang banyak membantu dan partisipasinya. Selesai pesidangan kita, maka beta ...
( Ketika maha raja hendak menutup, Hadam berucap )
Hadam :
Mohon ampun Paduka
Raja :
Ada apa Hadam
Hadam :
Mohon ampun Paduka
Raja :
Iya, ada apa Hadam
Hadam :
Mohon ampun Paduka
Raja :
Nah, ujar Beta ada apa Hadam
Diang Kacil ( bini Hadam pina carengeh-carengeh) :
Laki ulun ini Paduka ai konslet kabelnya kalo.
U, abahnya ada apa garang pina bapandir basandatsandat.
Padahakan pang.
Hadam :
Umai hadangi pang dulu umanya ai, ikam naini kada panyabaran, mambujurakan salawar dahulu (pina kipuh).
Diang Kacil :
(Sambil umpat malihati ) Ai kanapa salawar pian ini, abahnya. (Lalu tatawa)
Hadam : (pina kasusupanan)
Han ditatawaakan aku.
Diang Kacil :
Kanapa pina batukul kasubalah kiwa, abahnya.
Hadam :
Gara-gara kada tuntung baauran malam tadi pang tahulah.,umanya
(Hadam sudah tenang kembali )
Hadam :
Hamba umpat batakunlah, Paduka
Raja :
Takunakan aja Hadam ai
Hadam :
Tapi jangan sariklah
Raja :
Ai, kanapa sarik, takunakan ja
Hadam :
Paduka mahargailah lawan sanibudaya Banjar
Raja :
Ha ha ha itukah Hadam, Beta sangat menghargai senibudaya Banyar. Nanti kita adakan dalam karasmin perkawinan putri Beta, semua kesenian nang ada di kerajaan kita tampilkan dan terus kita bina, kita gali, kita lestarikan, kita bantu sagala apa nang diperlukan seniman dan grup keseniannya, tiap tahun kita adakan lomba baik kesenian yang sudah ada lawan berkreasi, kita beri hadiah seni lawan seniman yang berprestasi. Sabuting lagi Hadam ai, kita dirikan sekolah guru kesenian.
Hadam :
Tarima kasih, Paduka. Tapi Paduka
Raja :
Ada apa lagi Hadam
Hadam :
Rasa lawas hamba kada mandangar Paduka banyanyi. Biasanya mun handak basidang Paduka musti banyanyi wan taritarinya.
Raja :
Iihlah Hadam, bujur ujar ikam
(Maha Raja Brajapati Alam Gangga Sukma Barjiwa lalu bernyanyi lagu raja
Dundang ... sayang ... urang nang langkar ... barikit di dalam hati.... )Kaya apa Pamanda Wajir
Wajir :
Umai suara Paduka sampai merasuk ke dalam hati nang mandangar.
(Setelah selesai aparat kerajaan Ganda Manik Sukalima, ke luar dari ruang balai persidangan )
(Musik)

(Musik)
Jejer di balai persidangan Kerajaan seberang lautan Kerajaan Dundung Wowo Sagara, mempersiapkan penyerangan ke Kerajaan Ganda Manik Sukalima, rajanya murka karena ditolak mempersunting Putri Ayu Rumbayan Amas Rumbayan Intan.
Raja :
Bih,Bih.Dasar kurangajar,kahakung banar nyawalah Brajapati Alam Gangga Sukma Barjiwa Huahi hihi. Awas nyawa, tidak tahu lawan unda lah, unda nang bangaran Dungga Braja Ambarangrang Raja di Raja di Karajaan Dundung Wowo Sagara. Hua hihihi. Jangankan manusia hantu atawa dedemit aja takamih mandangar ngaran unda. huahihihi. Panglima Perang, unda panas katahi-tahi,ayo sudah siapkah basukan tempur kita ?
Panglima Perang :
Sudah paduka huahihihi. Jangan hawatir.Unda Panglima Perang bangaran Cangkamantuk Gagarraksa, siapa kada tahu, saalamanan urang tahu. Tamusuh lawan unda huahihii kutaguk tipang bulat-bulat. Cuah cuah.
Raja :
Jangan banyak pandir ayu kita barangkat manggampur Kerajaan Ganda Manik Sukalima. Unda kada tahan lagi mambanyun Putri Ayu Rumbayan Amas Rumbayan Intan. Mun kada babaik-baik lawan unda,unda rampas habis pakara Huahihihi asa gatal sudah ampun unda tahulah nyawa.
Panglima Perang :
Huahihi ayu kita berangkat paduka.
( Berangkat ke Kerajaan Ganda Manik Sukalima)
(Musik )

( Musik )
Jejer di Kerajaan Ganda Manik Sukalima, mengatur pertahanan dibantu oleh prajurit kerajaan Gumilang Kaca Salaksa atas serbuan Kerajaan Dundung Wowo Sagara
Putra Raja dari kerajaan Gumilang Kaca Salaksa :
Ayahanda harap bertenang diri, ulun lawan Paman Gantar Gandari Buana Paksi, sudah menyusun siasat tempur dan pertahanan.
Raja :
Bagus Ananda Raden Guntur Guntala,ayahanda percaya lawan kamampuan kalian. Doa restu ayahanda.
Putra Raja :
Inggih ulun ayahanda terima kasih atas kepercayaan sampian.
Hadam :
Paduka Putra jangan kada ingatlah apa nang hamba padahakan samalamlah,kalamahan Panglima Perang Kerajaan Dundung Wowo Sagara.
Putra Raja :
Inggih ulun Paman Hadam.Ulun kada lupa. Terima kasih banar wan sampian.
( Raja dan staf lainnya meninggalkan ruang jejer ) Tampak kesiapan pasukan Kerajaan Ganda Manik Sukalima dan pasukan kerajaan Gumilang Kaca Salaksa dipimpin oleh Panglima Perang Gantar Gandari Buana Paksi dan Raden Guntur Guntala.
(Musik kancah pertempuran)
Dundung Wowo Sagara menggempur Ganda Manik Sukalima, namun dapat dikalahkan. Rajanya Dungga Braja Ambarangrang mati di tangan Panglima Perang Gantar Gandari Buana Paksi sedangkan Panglima Perangnya Cangkamantuk Gagarraksa mati oleh Raden Guntur Guntala.
( Di Kerajaan Ganda Manik Sukalima, terkumpul rajanya dan seluruh staf kerajaan bersuka cita, karasmin perkawinan Raden Guntur Guntala dengan Putri Ayu Rumbayan Amas Rumbayan Intan )
Raja :
Hati beta rasa gembira dan berbahagia. Mari kita saksikan sebuah tarian dari penari dari binaan Kerajaan Ganda Manik Sukalima.
( Pertujukan tarian dan selesai tarian ini maka cerita pun selesai. Ditutup dengan lagu Terima kasih )

Bbaru, 2009

*****
nang bungas langkar = yang cantik, elok
kada batampik = tidak berpilih
taguh = kebal. mun, amun = jika, kalau
katiwasan = disalahkan. nang = yang
badahulu = duluan. kaya apa = bagaimana
Sabuting = satu . kaya itu = seperti itu,begitu
Padahakan pang = katakan lah/saja
lawan = dengan
pina carengehcarengeh = agak genit,berseloroh
pina bapandir basandatsandat = berbicara tersendat-sendat
umpat batakunlah = numpang tanya
karasmin = pesta,perayaan. sabuting = satu
bataduh lapah = mengaso, istirahat, melegakan napas
lawan = dengan. wan = dan. babat = ikat pinggang
bujur = benar. sariklah = marahlah