Minggu, 14 November 2010

NEGERI MAMANDA MEKARKAN BUDAYA KRITIK


Oleh: HE. Benyamine

Warga masyarakat yang kebetulan berada atau melintas di sekitar Taman Air Mancur Mingguraya Banjarbaru (17/10/10), sebagiannya menyempatkan diri mendekat untuk menyaksikan pertunjukkan teater Mamanda yang diselenggarakan atau difasilitasi Dewan Kesenian Daerah Kota Banjarbaru. Pementasan teater Mamanda itu cukup menarik perhatian warga masyarakat, apalagi saat karakter Khadam muncul dengan perilakunya yang khas dan unik, sehingga suasana terasa cair yang membuat penonton tertawa.

Pada pementasan malam itu, Mamanda dipentaskan dengan tokoh-tokoh yang baku saja, seperti Raja, Mangkubumi, Panglima Perang, Khadam, Harapan Pertama dan Harapan Kedua, Permainsuri, dan Perdana Menteri, dengan alur cerita yang sederhana tentang Kota Banjarbaru yang bersiap untuk meraih Adipura dan kerusakan alam. Dengan peralatan yang sederhana, pementasannya berlangsung dengan lancar dan datar, dengan penampilan tokoh Khadam yang mampu menutupi berbagai kendala yang dihadapi pemain lainnya dan keterbatasan peralatan dan sarana.

Memperhatikan pementasan teater Mamanda yang sederhana dengan peralatan seadanya di Taman Air Mancur Mingguraya itu yang ternyata cukup menarik perhatian warga masyarakat, terbayang bagaimana seandainya teater Mamanda mendapatkan dukungan yang memadai dan cukup. Terlihat bahwa teater Mamanda hanya membutuhkan dukungan sumber daya untuk menyatakan sebenarnya warga masyarakat masih berminat dan tertarik dengan seni teater tradisional sebagai bentuk hiburan yang layak ditonton dan memang menghibur.

Dalam pertunjukkan teater Mamanda, peran aktif dan spontan penonton dapat memberikan daya hidup dari pertunjukkan teater Mamanda, yang mampu meningkatkan improvisasi para pemain sehingga terjalin interaksi yang dinamis antara penonton dan pemain. Keberadaan penonton yang berperan aktif dan spontan mengandaikan bahwa penonton merupakan orang yang tahu dan memahami bagaimana teater Mamanda dipentaskan yang memungkinkan keterlibatan penonton dalam menghidupkan pertunjukkan tersebut.

Pada pementasan teater Mamanda di Taman Air Mancur Mingguraya malam itu, terlihat para penonton masih cenderung pasif meskipun para pemain sudah mencoba mendekat kepada para penonton. Hal ini perlu mendapat perhatian para penggiat teater Mamanda, bagaimana penonton dapat terlibat secara aktif dan terjalin interaksi yang menghidupkan suasana pertunjukkan. Para penggiat teater Mamanda perlu “mendidik” penonton untuk dapat berperan aktif dan spontan dalam menyaksikan pertunjukkan Mamanda, yang dapat dilakukan sekaligus saat pementasan dengan menempatkan orang-orang teater di bagian penonton untuk berperan sebagai penonton yang memahami posisi sebagai penonton teater Mamanda yang aktif terlibat dalam interaksi umpan balik dengan pemain.

Selain itu, pementasan Mamanda seperti di Taman Air Mancur, sebenarnya dapat melibatkan warga masyarakat yang ada di sekitar menjadi tokoh atau bintang tamu secara spontan untuk menbuat suasana semakin interaktif, provokatif, dan menarik. Misalnya, para anak muda yang biasa nongkrong di Mingguraya dengan gaya dan tampilan mereka masing-masing dapat dilibatkan dalam satu penampilan.

Pada saat pementasan teater Mamanda malam itu, ada terlihat gank anak-anak muda (punk) yang siap dengan gitar duduk menyaksikan, para penggiat teater Mamanda perlu memperhatikan keberadaan mereka dengan meminta mereka tampil pada babak tertentu, misalnya dengan menyanyi secara spontan. Atau para pedagang yang beroperasi di Mingguraya, seperti pedagang pentol dengan gerobaknya, pedagang bakso, pedagang kerak telor (betawi), dan lainnya. Mereka dapat diminta mengemukakan apa saja, bisa berupa keluhan, saran, atau hanya sekedar menyanyi seperti para pengamen yang biasa mangkal di Mingguraya.

Pementasan teater Mamanda dapat juga mengundang tokoh masyarakat untuk tampil dengan dengan peran khusus, seperti tentang sampah bisa meminta kepala dinas pertamanan, tata kota, dan kebersihan untuk membicarakan hal tersebut dengan gaya Mamanda dalam tema persidangan mengenai pengelolaan sampah. Begitu juga para politisi (anggota dewan), LSM, organisasi kemasyarakatan lainnya perlu diundang untuk tampil sesuai tema pementasan, karena teater Mamanda memberikan suasana yang cair dan spontan sehingga dapat menjadi saluran aspirasi yang membuka ruang kritik dengan positif. Pada penampilan tokoh masyarakat, politisi, LSM, dan lainnya harus dipikirkan bagaimana ditunjang dengan kemajuan teknologi saat ini seperti layar lebar dengan menggunakan proyektor untuk menampilkan bahan tema bahasan yang dibawa para tokoh tamu. Misalnya, masalah sampah dengan tampilan layar sampah atau berita tentang sampah, sehingga lebih menarik perhatian sebagai hiburan dan sekaligus sebagai sarana pendidikan.

Teater Mamanda sebagaimana pementasan di Taman Air Mancur memperlihatkan adanya antusias warga masyarakat untuk menyaksikannya dan merasakan keterhiburan meskipun masih dipentaskan dengan sederhana dan seadanya. Para penonton yang cenderung pasif perlu mendapatkan perhatian para penggiat teater Mamanda, karena peran aktif dan spontan para penonton merupakan bagian penting dalam setiap pementasan Mamanda yang menjadikannya lebih hidup. Sedangkan penggunaan teknologi perlu dipikirkan untuk menjadi penunjang yang penting untuk menghidupkan suasana persidangan dan alur cerita.

Semuanya itu, dukungan sumber daya dari semua pemangku kepentingan sangat penting artinya untuk menjadikan teater Mamanda sebagai tontotan yang menghibur dan sekaligus tuntutan yang mendidik. Dengan dukungan sumber daya yang mencukupi, teater Mamanda dapat didorong untuk tampil sebulan sekali, sehingga panggung pertunjukkan Negeri Mamanda dapat terus menyapa warga masyarakat sambil menyemai benih-benih budaya kritik yang lapang dan terbuka.

Komentari :


Tato A Setyawan : terlepas dr adanya kekuarangan gelaran, setidaknya yg dilakukan pegiat seni mamanda itu mrp upaya sistematis dlm rangka melestarikan seni tradisi masyarakat. semoga kegiatan semacam itu dpt lestari. Salam budaya....

Kayla Untara : amun bahari ujar abah mamanda tu cakada bananaskahan, nang panting tahu awal wan akhr kisah, jd buhan pamain ne dtuntut musti sahati... Makaxa labih inteaktif, komunikatif, wan jua kreatif. Amun kisah nya dasar baisi kritikan jua ai, tapi di ulah mudil papadahan. Balulucuan sambil manyinggung buhan walanda putih wan manyamangati buhan kakawalan nang bajuang... itu bahari...wahini bisa banaran jadi media kritik gasan pamarintah... hahahahahaha,...nang panting, dimapa mahargai wan malastariakan secara aktif jua ...budaya wan kasanian macam mamanda ni...kada kawa di pisah wan jati diri wan urang banjar, napa jar urang tu, asli urang banua kah jar? bujurkah? hahahahahaaha...Lihat Selengkapnya

Haris Zaky Mubarak : Kalau yg ini sepakat saja.Kalau bikin patung bekantan,bkin keraton dg tegas lun penentang.krn kbnyakan mangaradaunya.luput message nya.sedang budaya itu yg paling utama adlh pesan yg bisa dmaknai tuk melanjutkn peradaban kehidupan dunia.

Sainul Hermawan : itulah kehebatan mamanda yang oleh orang zaman sekarang dianggap jadul. DK Bjb, perlu sering-sering bikin kayak gini, supaya ada ruang seni yang seimbang. Mamanda perlu terus diekspose kalau identitas budaya Banjar mau tetap terlihat dari seni tradisi ini.

Mahmud Jauhari Ali Full : nikmat.... sering-sering ajah seperti itu .... kalau bisa jangan setahun sekali, hehehe

Zulfaisal Putera : Mari (kembali) memasyarakatkan mamanda dan me-mamanda-kan masyarakat! Ups, gimana Pak Sainul, redaksi jargon ini pas ga ya?
He he he

Arsyad Indradi : Seringnya pementasan Mamanda atau acara kesenian lainnya seperti baca puisi di Minggu Raya pada dasarnya baik,namun dari sisi lain "tidak ada mendapat keuntungan, kasarnya kada bapaedah" bagi pelaku seni tsb. dari segi finansial,tetapi "sial" alias" malumu tunjuk".Yang untung warung-warung Minggu Raya itu banyak pengunjungnya. Beberapa tahun lalu memang marak pertunjukan seni di Taman Air Mancur itu oleh komunitas-komunitas seni di Banjarbaru,tetapi lambat laun sudah tipis malah sunyi. Ujar mereka : Habis sudah salawar handap disandaakan hagan ungkus pementasan,tinggal kupiah buruk aja lagi. Pernah salah seorang punya warung di Minggu Raya itu bertanya kepadaku : Pak Arsyad,kanapa buhan seni kada rami lagi pentas. Spontan aku menjawah : Buhannya bapikir kalu pentas,jakanya buhan warung ini paham wan buhannya,mau ai rajin kaya dulu.Harau tukang warung itu kada meresfon apa yang kumaksud.Kurihing simpak. Kembali kepada "Mamanda" sesungguhnya komunitas Mamanda ini perlu perhatian dan sokongan semua pihak,Pemko,Parawisata,Dewan Kesenian. Pasalnya coba bayangkan mahalnya baju Raja dan kostum lainnya,penyediaan sound sistim,iringan musik,biaya latihan. Yang lebih miris lagi tak ada royalti penulis naskah dan biaya pelatih. Mamanda ini sama nasibnya dengan Komunitas Tari. Makanya kalau pembinanya tdk."ganal hampidal" dan "Kancang Dompet" tdk heran kalau komunitas itu tdk.panjang umurnya alias "jiun".
Taufik A,Sainul,Ben, benar sekali bahwa wisatawan dari luar pulau terutama negara luar suka sekali dengan yang eksotik.Ketika aku wan Sainul ikut menemani rekan2 se Indonesia (KCI V) kemarin, coba bayangkan rombong wadai aja beberapa rombong habis disikat (barabut).Apalagi kalau jukungnya sedang " belenggang" rami ketawaan.Aku "gin" umpat abut (manahaakan kalu buhannya tacabur he he he).Yang lebih spesifik (cara) yakni mengambilkan wadainya dengan tongkat,mereka suka sekali.Wah ini tdk ada di Jerman kata Katrin B. dan Di Jepang juga,kata Seho Sawai.Jadi Taufik,ainul,Ben leh umai asa bangga bukan main kita memiliki objek wisata ini.Kaya apa,mun perasaanku ini ikon bukan hanya Banjarmasin atau Kab.Banjar tapi Kalsel. Kalau di Kandangan ada juga barakit ( balanting) paring (haur) maalur arus sungai,semacam halang rintang.Bagus banar digalakakan uleh buhan kula2 di Kandangan.Ini adalah salah satu dari bagian objek wisata Lok Sado.Bagus banar kalau ada lomba halang rintang.Bajurut tipang pencinta alam ka Lok Sadoan umpat.Undang jua wisatawan dari luar negeri.Taufik,Sainul,Ben wan kakawanan lainnya bila kita maelangi Lok Sado yu.Jar Aliman S, hubungi ulun mun hadak kasitu umpat mamanduakan.Barangai imbah bulik saantum dua antum dapat karya tulis. he he